Kisah Andi masuk sekolah lagi setelah libur semester.
****
"Adek… Adek… Bangun! Niat sekolah nggak sih? Coba liat jam itu!
Sudah jam berapa sekarang?" teriak bunda ngomel pagi di kamarku.
"Ia bun, bentar lagi." jawabku malas sambil menarik selimutku
lagi.
"Adek… ayo cepat bangun! Nanti telat loh masuk ke
sekolahnya." teriak bunda lagi sambil menarik selimutku.
Aku pun akhirnya duduk di atas ranjangku dan masih berat untuk membuka
mataku, tapi masih terdengar samar-samar omelan bunda karena aku masih ngantuk
berat. Dengan muka lusuh dan males aku mencoba mengambil jam waker dari atas
meja belajarku yang terletak tepat di sebelah ranjangku.
"Apa…!!!” sambil ku lihat sambil ku
lihat jam wakerku. “Bun, kok adek nggak dibanguni dari tadi sih!!?" teriakku sambil bertanya
kepada bunda. Aku langsung melompat dari ranjangku dan bergegas pergi ke kamar
mandi.
"Apa!!! Dari tadi bunda sudah banguni adek, tapi adek aja yang
nggak mau bangun." teriak bunda marah sambil melemparkan handuk kepadaku.
Aku bersegera pergi ke kamar mandi karena tadi ku lihat sudah jam
06.45 am. Hari ini sangatlah dingin, tapi aku harus mandi dan bergegas karena
tidak banyak waktu lagi. Bagai mana tidak, ini adalah hari pertamaku masuk
sekolah. Kini aku duduk di kelas XII dan sekolahku itu walau tidak begitu jauh
sih dari rumahku. Tanpa berlama-lama aku menyikat gigiku, mengguyurkan air yang dingin itu ke
tubuhku kemudian sampoan, sabunan dan segera membilas tubuhku. Aku pun beranjak
keluar dari kamar mandi dengan melilitkan handuk dan segera menuju ke kamarku.
Airnya benar-benar dingin, karena penghangat airnya lagi rusak dan belum
diperbaiki.
"Bunda! Seragam sekolah adek mana?" teriakku sesampainya di kamarku.
"Aduh adek, seragam adek sudah bunda letakkan di atas tempat
tidur adek!" teriak bunda dari ruang makan.
"Oh, ia bunda." jawabku sambil bergegas ke kamarku.
Hehehe… baru masuk kamar sudah teriak-teriak tanpa liat-liat dulu.
Ternyata bunda telah menyiapkan seragam dan keperluan sekolahku sudah
didekatkan semua keperluan sekolahku, jadi aku tidak perlu repot sana-sini
lagi. Sip deh bunda! Aku segera mengenakan seragam sekolahku dan mencoba
merapikannya dan bergaya di depan cermin lagaknya seperti model. Hahaha…. Aku
cengar-cengir sendiri melihat diriku di cermin.
"Adek, cepat turun. Sertapan dulu!" teriak bunda lagi.
"Ia bun." sahutku dari kamar dan bergegas turun.
Aku pun menuruni anak tangga dan bergegas menuju ruang makan dan
mengambil sepotong roti dan minum segelas susu hangat sambil tergesa-gesa.
"Adek, pelan-pelan! Nanti bisa tersedak loh." bunda
memperingatkanku.
Tapi sebelum bunda selesai ngomong, aku sudak batuk-batuk karena
tersedak.
"Uhuk… uhuk… uhuk…" begitulah kira-kira suara aku tersedak.
Hehehe…
"Tuh, apa kata bunda. Kan sudah ingatkan berulang kali kalau
makan jangan buru-buru adek!" bunda mengingatkanku kembali.
Selanjutnya aku berangkat ke sekolah. Cium tangan bunda dulu ah biar
afdol nie… hehehe…
"Dah bunda, Assalamualaikum!" aku pun melambaikan tanganku.
"Waalaikumussalam, hati-hati ya dek!" jawab bunda.
****
Namaku Andi, Andi Hermawan dan ini kak Nino. Kak Nino adalah orang
yang selalu setia mengantarku pergi ke sekolah. Kak Nino adalah anak dari Pak
Somad dan Buk Sri yang bekerja untuk keluarga kami dan umurnya dua tahun lebih
tua dariku. Aku juga nggak tahu sejak kapan Pak Somad Dan Buk Sri bekerja di
keluargaku, pastinya sudah lama dan sepertinya juga sebelum aku lahir juga
sudah bekerja bersama keluargaku.
"Cepat Andi, nanti bisa telat!" seru kak Nino sambil
mencubit pipiku.
"Aduh, sakit kak!" bentakku sambil menepis tangannyan di
pipiku.
"Iya, iya… maaf! Hehehe…" jawabnya.
"Ya udah naik!" aku pun naik ke atas sepeda motor besar yang
dikendarainya.
Kemudian kami pun segera melaju ke sekolahku.
"Ready, go…." teriakku.
*****
Aku dan kak Nino sangat lah akrab bagaikan saudara kandung bagiku,
walau pun sebenarnya orang tua kak Nino hanya pekerja yang biasa bantu-bantu di
rumahku. Tapi semua itu tidak membuatku memperlakukan dia dan keluarganya
seperti majikan dan bawahan, aku menganggapnya adalah saudaraku. Aku sangat
senang memiliki kakak seperti kak Nino yang selalu teani aku setiap ku dapatkan
masalah, apakah masalah sekolah atau pun masalah asmara.
Hehehe…. Pokoknya kak Nino is the best deh!
****
"Reno!" teriakku yang baru masuk pagar sekolahku kepada
teman akrabku Reno.
"Reno, tunggu!" teriakku lagi.
"Ya." jawabnya tenang dengan sebuah senyum kecil.
Reno itu anaknya nggak banyak bicara, tapi dia biasa temani setiap
kegiatan dan petualanganku dan dia juga sebagai pengingat kalau sudah kelewatan
batas. Postur tubuhnya nggak jauh beda denganku, tapi agak sedikit tambun
dengan badan dan pipi yang padat. Aku sudah berteman dengannya sejak kelas X
dan Reno telah menjadi terbaikku sejak saat itu.
"Kak Nino, aku masuk dulu ya." pamitku sama kak Nino.
"Ya, jangan buat banyak masalah ya!" nasehat kak Nino.
"Ya kak." jawabku balik.
Tak heran kalau kak Nino berkata seperti itu, karena biasanya ada aja
ulah yang ku buat di sekolah ini dan biasanya dapat surat peringatan. Kalau aku
dapat surat peringatan, biasanya kak Nino yang datang ke sekolah kalau dia
nggak sibuk atau dia datang pas masih bersekolah di sini juga. Pokoknya aku itu
dah banyak merepotkan kak Nino, tapi kak Nino nggak pernah marahi aku. Biasanya
kak Nino hanya memanggilku setelahnya dan menasehatiku, terus dia mengerutkan
wajahnya dan memegang kepalaku.
****
Pagi ini aku tidak terlambat, tapi hampir saja. Hehehe….
Hari-hariku biasanya berjalan dengan bahagia walau terkadang aku
merasa kesepian dan merasa ada yang kurang dalam hidupku untuk melengkai
kebahagiaku. Aku yang sepertinya selalu ceria dan bahagia seolah-olah aku
memiliki semuanya, tapi aku masih sering merasa iri terhadap teman-temanku. Aku
iri karena sampai sekarang aku tak mengenal sosok seorang ayah atau pun saudara
dalam kehidupanku.
****
Tahu
kah engkau kawan! Harta tidak bisa membeli kebahagiaan dan tak juga bisa
menghilangkan kesepian. Jujur, aku kesepian.