Total Tayangan Halaman

Selasa, 21 Februari 2017

HARI BARU (Part 1)

Kisah Andi masuk sekolah lagi setelah libur semester.

****
"Adek… Adek… Bangun! Niat sekolah nggak sih? Coba liat jam itu! Sudah jam berapa sekarang?" teriak bunda ngomel pagi di kamarku.
"Ia bun, bentar lagi." jawabku malas sambil menarik selimutku lagi.
"Adek… ayo cepat bangun! Nanti telat loh masuk ke sekolahnya." teriak bunda lagi sambil menarik selimutku.

Aku pun akhirnya duduk di atas ranjangku dan masih berat untuk membuka mataku, tapi masih terdengar samar-samar omelan bunda karena aku masih ngantuk berat. Dengan muka lusuh dan males aku mencoba mengambil jam waker dari atas meja belajarku yang terletak tepat di sebelah ranjangku.

"Apa…!!!” sambil ku lihat sambil ku lihat jam wakerku. Bun, kok adek nggak dibanguni dari tadi sih!!?" teriakku sambil bertanya kepada bunda. Aku langsung melompat dari ranjangku dan bergegas pergi ke kamar mandi.

"Apa!!! Dari tadi bunda sudah banguni adek, tapi adek aja yang nggak mau bangun." teriak bunda marah sambil melemparkan handuk kepadaku.

Aku bersegera pergi ke kamar mandi karena tadi ku lihat sudah jam 06.45 am. Hari ini sangatlah dingin, tapi aku harus mandi dan bergegas karena tidak banyak waktu lagi. Bagai mana tidak, ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Kini aku duduk di kelas XII dan sekolahku itu walau tidak begitu jauh sih dari rumahku. Tanpa berlama-lama aku menyikat gigiku, mengguyurkan air yang dingin itu ke tubuhku kemudian sampoan, sabunan dan segera membilas tubuhku. Aku pun beranjak keluar dari kamar mandi dengan melilitkan handuk dan segera menuju ke kamarku. Airnya benar-benar dingin, karena penghangat airnya lagi rusak dan belum diperbaiki.

"Bunda! Seragam sekolah adek mana?" teriakku sesampainya di kamarku.
"Aduh adek, seragam adek sudah bunda letakkan di atas tempat tidur adek!" teriak bunda dari ruang makan.
"Oh, ia bunda." jawabku sambil bergegas ke kamarku.

Hehehe… baru masuk kamar sudah teriak-teriak tanpa liat-liat dulu. Ternyata bunda telah menyiapkan seragam dan keperluan sekolahku sudah didekatkan semua keperluan sekolahku, jadi aku tidak perlu repot sana-sini lagi. Sip deh bunda! Aku segera mengenakan seragam sekolahku dan mencoba merapikannya dan bergaya di depan cermin lagaknya seperti model. Hahaha…. Aku cengar-cengir sendiri melihat diriku di cermin.

"Adek, cepat turun. Sertapan dulu!" teriak bunda lagi.
"Ia bun." sahutku dari kamar dan bergegas turun.

Aku pun menuruni anak tangga dan bergegas menuju ruang makan dan mengambil sepotong roti dan minum segelas susu hangat sambil tergesa-gesa.

"Adek, pelan-pelan! Nanti bisa tersedak loh." bunda memperingatkanku.

Tapi sebelum bunda selesai ngomong, aku sudak batuk-batuk karena tersedak.

"Uhuk… uhuk… uhuk…" begitulah kira-kira suara aku tersedak. Hehehe…
"Tuh, apa kata bunda. Kan sudah ingatkan berulang kali kalau makan jangan buru-buru adek!" bunda mengingatkanku kembali.

Selanjutnya aku berangkat ke sekolah. Cium tangan bunda dulu ah biar afdol nie… hehehe…
"Dah bunda, Assalamualaikum!" aku pun melambaikan tanganku.
"Waalaikumussalam, hati-hati ya dek!" jawab bunda.



****
Namaku Andi, Andi Hermawan dan ini kak Nino. Kak Nino adalah orang yang selalu setia mengantarku pergi ke sekolah. Kak Nino adalah anak dari Pak Somad dan Buk Sri yang bekerja untuk keluarga kami dan umurnya dua tahun lebih tua dariku. Aku juga nggak tahu sejak kapan Pak Somad Dan Buk Sri bekerja di keluargaku, pastinya sudah lama dan sepertinya juga sebelum aku lahir juga sudah bekerja bersama keluargaku.

"Cepat Andi, nanti bisa telat!" seru kak Nino sambil mencubit pipiku.
"Aduh, sakit kak!" bentakku sambil menepis tangannyan di pipiku.
"Iya, iya… maaf! Hehehe…" jawabnya.
"Ya udah naik!" aku pun naik ke atas sepeda motor besar yang dikendarainya.

Kemudian kami pun segera melaju ke sekolahku.

"Ready, go…." teriakku.

*****
Aku dan kak Nino sangat lah akrab bagaikan saudara kandung bagiku, walau pun sebenarnya orang tua kak Nino hanya pekerja yang biasa bantu-bantu di rumahku. Tapi semua itu tidak membuatku memperlakukan dia dan keluarganya seperti majikan dan bawahan, aku menganggapnya adalah saudaraku. Aku sangat senang memiliki kakak seperti kak Nino yang selalu teani aku setiap ku dapatkan masalah, apakah masalah sekolah atau pun masalah asmara.
Hehehe…. Pokoknya kak Nino is the best deh!

****
"Reno!" teriakku yang baru masuk pagar sekolahku kepada teman akrabku Reno.
"Reno, tunggu!" teriakku lagi.
"Ya." jawabnya tenang dengan sebuah senyum kecil.

Reno itu anaknya nggak banyak bicara, tapi dia biasa temani setiap kegiatan dan petualanganku dan dia juga sebagai pengingat kalau sudah kelewatan batas. Postur tubuhnya nggak jauh beda denganku, tapi agak sedikit tambun dengan badan dan pipi yang padat. Aku sudah berteman dengannya sejak kelas X dan Reno telah menjadi terbaikku sejak saat itu.

"Kak Nino, aku masuk dulu ya." pamitku sama kak Nino.
"Ya, jangan buat banyak masalah ya!" nasehat kak Nino.
"Ya kak." jawabku balik.

Tak heran kalau kak Nino berkata seperti itu, karena biasanya ada aja ulah yang ku buat di sekolah ini dan biasanya dapat surat peringatan. Kalau aku dapat surat peringatan, biasanya kak Nino yang datang ke sekolah kalau dia nggak sibuk atau dia datang pas masih bersekolah di sini juga. Pokoknya aku itu dah banyak merepotkan kak Nino, tapi kak Nino nggak pernah marahi aku. Biasanya kak Nino hanya memanggilku setelahnya dan menasehatiku, terus dia mengerutkan wajahnya dan memegang kepalaku.

****
Pagi ini aku tidak terlambat, tapi hampir saja. Hehehe….

Hari-hariku biasanya berjalan dengan bahagia walau terkadang aku merasa kesepian dan merasa ada yang kurang dalam hidupku untuk melengkai kebahagiaku. Aku yang sepertinya selalu ceria dan bahagia seolah-olah aku memiliki semuanya, tapi aku masih sering merasa iri terhadap teman-temanku. Aku iri karena sampai sekarang aku tak mengenal sosok seorang ayah atau pun saudara dalam kehidupanku.

****
Tahu kah engkau kawan! Harta tidak bisa membeli kebahagiaan dan tak juga bisa menghilangkan kesepian. Jujur, aku kesepian.

KESATRIAKU JANGAN MENANGIS (Opening)

Berbahagialah kalian yang masih memiliki keluarga yang utuh yang saling mencintai karena tidak semua orang memiliki keutuhan keluarganya. Walau terkadang hidup berdampingan dengan saudara kita itu terkadang terasa menjengkelkan, tapi ingatlah kalau terpisah jauh bakalan rindu suatu saat nanti. Apa lagi terpisah dari orang tua...

Sebuah perjalanan hidup yang penuh perjuangan untuk mengutuhkan sebuah kelaurga yang lama sudah terpisah. Akankah berhasil atau tidaknya itu masalah belakangan, tapi satu yang pasti dah harus dicoba... mulailah melaksanakannya.

Andi tinggal bersama ibunya karena ibu dan ayahnya sudah bercerai sejak Andi masih kecil. Walau pun dibesarkan hanya dengan seorang ibu, Andi bisa menjadi Anak yang tetap ceria dan terlihat bahagia. Tak hanya itu, kebahagiaan Andi juga semakin bertambah-tambah dengan teman-teman yang selalu mendukungnya dan yang selalu membuatnya nyaman. Tapi seseorang yang baru telah masuk kedalam hidupnya di antara dia dan teman-temannya yang membuat persaingan baru dalam masalah tertemanan dan asmaranya. Tak berhenti sampai di situ, karena orang tersebut masuk kedalam kehidupannya dan keluarganya.

Sebuah kepingan puzzel yang terlupakan.

Bagaimanakah Andi menjalani kehidupannya dengan seseorang yang menurutnya sangat mengusik kehidupannya dan sangat menjengkelkan? Hemmmm....

Hidup itu untuk dijalani, bukan untuk di hindari.

Kesatriaku... Jangan Menangis....